Minggu, September 16, 2018

Pernikahan si Juni dan si Juli (Part I)

     Pertengahan tahun 2018 ini, tepatnya di bulan Juni. Babak baru kehidupan si Juli akhirnya terlalui juga. Cita-citanya dulu yang ingin menikah di umur 24 tahun terwujud. Meski kalau dihitung lagi, dua minggu kemudian si Juli tepat berumur 25 tahun.  
       Yah,  kamu bisa anggap si Juli itu aku,  karena memang sebenarnya itu aku kawan.  Hahah... 
         Kira-kira kalian pengen aku bahas apanya dulu tentang pernikahan?  Bahagianya?  Deg-degan nya?  Meriahnya? Hehe 
Baiklah aku bahas yang indah-indah dulu biar yang jomblo termotivasi buat segera nikah sama pasangannya,  alias gak nunda-nunda hal baik. 

Selasa, Juni 19, 2018

Cerita Panjang si Eksim dan Kulit Sensitifku



Jadi bukan perasaanku saja ya yang sensitif. Kulitku juga. Hihihi...
Karena saking sudah gak tahannya sama gatal yang gak kunjung sembuh di bagian tangan dan kaki, bahkan samapi seluruh badan terhitung mulai bulan ramadhan kemarin akhirnya aku putuskan memeriksakannya ke dokter spesialis kulit.

Jadi kenapa aku menunda periksa ke dokter spesialis kulit, jawabannya manusiawi kok. Dokter Spesialis sekali periksa 300-400 rb, jadi masih mikir-mikir. Kalau gatalnya masih bisa ditahan dan masih bisa diperiksakan ke dokter umum kenapa harus ke dokter spesialis. Namanya juga ikhtiyar dulu ya, hahaha....

Minggu, April 22, 2018

Bersiap

Hidup adalah tentang bersiap.
Waktu yang kita miliki dalam hidup adalah untuk bersiap di kehidupan akhirat.
Pagi yang kita miliki tiap hari adalah untuk bersiap menghadapi malam.
Senyap yang kita rasa adalah untuk bersiap menghadapi gemuruh.

Senin, April 16, 2018

Menunggu Pagi


Hari ini indah, kamu lebih indah
Aku memimpikan senja,  tapi tak seperti memimpikan kamu
Senja itu indah, tapi telah berubah

Aku pikir kamu pagi
Yang setiap hari membuatku bergairah menjalani hari
Namun malam begitu panjang
Lalu aku hanya menunggumu disini
Di antara larut hari dan carut marut hati

Selasa, Februari 20, 2018

Pecinta Mie dan Mie Instan (Membiasakan diri tanpa "Mie Instan)

Kalian pasti tahu kenapa episode kali ini dan seterusnya entah sampai kapan aku harus tanpa Mie Instan. Silakan baca dipostingan sebelumnya.  Aku Cuma pengen hidup sehat,  dan selalu sehat.

Kalau sebelumnya kalian tahu,  sebenernya aku adalah pecinta mie instan. Kalau ada yang tanya apa makanan favorit aku,  jawabannya adalah mie. Bukan mie instan saja sih. Tapi hampir semua olahan mie. Terutama mie ramen yang kaya di korea dan jepang gitu.  (Efek sering nonton drama korea mungkin ya,  haha)

Rabu, Februari 14, 2018

Ikhtiyar Pengobatan Alternatif

Ini lanjutan postingan sebelumnya. Episode selanjutnya dalam fase beratnya kenyataan hidup ini (hahah...lebay). Meski sedih, kecewa, takut dan semua pikiran buruk mengganggu diri. Dalam benakku aku selalu bertanya, “siapkah operasi? Haruskah operasi? Apa operasi jalan kesembuhan satu-satunya?”. 

Lalu aku berpikir lagi, aku belum menikah, nanti kalo memilih operasi dan pasca operasi bentuknya aneh gimana?”, oh no... pikiranku gak kalem sama sekali waktu itu. Kemana-mana, hilang arah, tak tau arah jalan pulang (wkwkkwwk).

Akhirnya karena umi tahu sepertinya aku keberatan dengan operasi, umi menyarankanku untuk terapi sama bu Haji S (sebut saja begitu). Rumahnya masih satu desa dengan tempat tinggalku. Beliau memang tak membuka klinik pengobatan untuk umum. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui bahwa ia mampu mengobati penyakit tertentu dengan tenaga dalam. Setelah sebelumnya menghubungi beliau untuk meminta jadwal temu terlebih dahulu, aku akhirnya kesana. 

Sebelumnya tentu beliau menanyaiku apa penyakitku. Apa sudah diperiksakan ke dokter, lalu apa katanya. “Saran dokter sih ini dioperasi saja bu”, kataku.
“Lha terus kenapa gak diopersi?”, tanya beliau.
“Gak berani bu, takut”, jawabku sambil tersenyum sedih.
“Halah,, penakut kamu emang.”, jawabnya. Lalu aku meringis mendengarnya. 

Selasa, Januari 23, 2018

Petir Bulan Januari



November Pain itu…

Bulan November lalu tampaknya banyak hal yang cukup menguras tenaga dan pikiran serta uang. Dimulai dari opname-nya abah karena penyakit kencing batunya yang kumat dan akhirnya setelah pemeriksaan lebih lanjut diketahui kalau ternyata ada pembesaran prostat sekitar ±35 gr. Karena itulah beliau susah buang air kecil dan terasa sangat sakit. Dan karena hal itu, dokter menyarankan operasi. Aku tak pernah menyangka anggota keluargaku harus ada yang masuk ruang operasi.
Abah pun tak keberatan dengan operasi, karena ia berharap bisa sehat kembali dengan operasi. Beliau memang selalu semangat melakukan apapun agar bisa sembuh dari penyakit apapun yang dideritanya. Operasinya sempat tertunda dikarenakan tekanan darahnya yang tinggi, namun akhirnya di hari berikutnya beliau akhirnya bisa dioperasi. Hasilnya lancar dan selamat. Hanya saja pasca operasi membuatku sangat sedih karena kesakitan luar biasa yang ia rasakan ketika mengeluarkan air seni meski itu masih dibantu alat bernama “Kateter”.